ada tanggal 9
September 2010 adalah hari ulang tahunku yang ke 13 tahun. Pada hari itu aku
mendapat kejutan ulang tahun yang sangat berkesan, sampai membuatku menangis.
Semua berawal di pagi hari yang cerah, saat itu aku dan keluargaku tengah
menikmati sarapan. Namun, tidak ada satupun yang membicarakan mengenai hari
ulang tahunku, aku tidak tahu mereka ingat atau tidak dengan hari ulang
tahunku. Bahkan Heri kakak laki-lakiku yang sangat dekat denganku pun sama
sekali tidak bertanya mengenai hari ulang tahunku. Mereka semua bersikap sangat
aneh, seolah-olah mereka tidak peduli dengan hari ulang tahunku. Mereka
bersifat dingin padaku, hanya bi Numi yang pada saat itu ramah padaku, dia
bersikap seperti biasa yang selalu menanyakan padaku mau sarapan apa pagi ini.
Aku tidak tahu mereka pura-pura lupa atau benar-benar melupakan hari yang
sangat istimewa bagiku.
Setelah sarapan,
aku langsung bergegas pergi ke sekolah. Aku berpamitan pada kedua orangtuaku,
tapi entah kenapa aku merasa ada yang berbeda dari kedua orangtuaku, senyuman
mereka sangat hangat bagiku, berbeda dari sebelumnya. Tentu hal ini semakin
membuatku merasa bingung, sebenarnya apa yang direncankan oleh keluargaku,,?? Setelah
aku pergi sekolah, tak lama kemudian orangtua dan kakakku Heri memulai rencana
mereka, ternyata benar saja mereka tengah mempersiapkan kejutan untuk
ulangtahunku. Entah apa yang mereka rencanakan, mereka terlihat sangat sibuk
termasuk bi Numi.
Kebetulan sekali pada hari itu aku pulang
malam hari karena harus mengikuti les piano di sekolah. Ketika aku pulang ke
rumah, keadaan rumah sangat sepi seperti rumah tak berpenghuni bahkan lampunya
pun padam. Baru saja aku membuka pintu depan rumah, aku sudah dikejutkan dengan
secercah cahaya, nampaknya seperti cahaya lilin. Namun, cahaya itu semakin
menjauh mengarah pada ruang tamu. Aku terus mengikuti kemana cahaya itu pergi,
benar saja cahaya itu membawaku ke ruang tamu, disana aku melihat ibu memakai
gaun putih yang sangat indah. Namun, ibu tidak memperlihatkan wajahnya padaku.
Baru saja aku ingin memeluknya, tapi ibu
justru pergi menjauh dariku, dan cahaya itu pun pergi menjauh bersama ibu. Aku
terus mengikutinya sampai ruang makan, disana aku melihat ayah yang sedang
duduk dan memalingkan wajahnya dariku. Perasaanku mulai berkecamuk, diantara
takut dan penasaran, keringat pun mulai bercucuran dari dahiku. Tak lama
kemudian ayah dan ibu pergi bersama dengan cahaya kecil itu, aku terus
mengikutinya dan tiba-tiba cahaya itu raib begitu saja dihadapanku, aku sangat
terkejut dan lantas menjerit ketakutan. Namun, dari arah belakang ada yang
membekap mulutku. Ternyata dia adalah kakakku Heri, aku langsung memeluknya
dengan erat. “Kamu lagi ngapain Tia,?” tanya kakak, aku hanya tertunduk diam
dan seketika wajahku berubah pucat karena ketakutan. Kak Heri kemudian
membawaku kembali ke ruang tamu, dan ternyata disana sudah ada bi Numi yang
tengah merapikan ruang tamu.
Tak lama kemudian
lampu dinyalakan kembali oleh kak Heri, karena dia sengaja mematikan lampu
untuk memberi kejutan padaku. Aku sangat terkejut karena di ruang tamu penuh
dengan hadiah yang bertulis namaku, ada juga kue bolu yang terlihat sangat
lezat. Namun, aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri, karena sebelumnya
aku tidak melihat apapun di ruang tamu. Aku hanya
melihat ibu yang memakai gaun putih. Tapi kak Heri dan bi Numi menceritakan
semuanya padaku, aku pun sangat terkejut mendengar cerita dari mereka. Karena
pada sore hari tadi orangtuaku ditugaskan untuk pergi keluar kota, dan dalam
perjalan pulang pesawat yang ditumpangi orangtuaku mengalami kecelakaan, tidak
ada penumpang yang dapat diselamatkan. Aku pun langsung merasa lemas mendengar
cerita dari kak Heri dan bi Numi, aku hanya bisa menangis menyesali kepergian
orangtuaku yang sangat mengejutkan. Ibu dan ayah menitipkan pesan kepada kak
Heri dan bi Numi untuk tetap menjalankan rencana memberi kejutan padaku.
Rencana itu memang sukses, tapi aku sangat menyesal, karena pagi itu adalah
hari terakhir aku melihat senyuman dari orangtuaku. Aku tidak menceritakan pada
kak Heri
dan bi Numi
mengenai apa yang aku lihat di ruang tamu dan ruang makan, karena aku mengerti
bahwa itu adalah kejutan terakhir dari orangtuaku. Terima kasih ibu, terima
kasih ayah, ini kejutan yang sangat mengharukan bagiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar