Berisi pengalaman, pengetahuan serta cerpen yang saya buat sendiri.

Merenung untuk Evaluasi

Merenung untuk Evaluasi
Harus mampu menjadi pribadi yang lebih baik

Breaking

Hobiku adalah Membaca

Hobiku adalah Membaca

All About Shop

Kamis, 09 Maret 2017

Kejutan Untuk Tiara



“Kejutan Untuk Tiara”


P

ada tanggal 9 September 2010 adalah hari ulang tahunku yang ke 13 tahun. Pada hari itu aku mendapat kejutan ulang tahun yang sangat berkesan, sampai membuatku menangis. Semua berawal di pagi hari yang cerah, saat itu aku dan keluargaku tengah menikmati sarapan. Namun, tidak ada satupun yang membicarakan mengenai hari ulang tahunku, aku tidak tahu mereka ingat atau tidak dengan hari ulang tahunku. Bahkan Heri kakak laki-lakiku yang sangat dekat denganku pun sama sekali tidak bertanya mengenai hari ulang tahunku. Mereka semua bersikap sangat aneh, seolah-olah mereka tidak peduli dengan hari ulang tahunku. Mereka bersifat dingin padaku, hanya bi Numi yang pada saat itu ramah padaku, dia bersikap seperti biasa yang selalu menanyakan padaku mau sarapan apa pagi ini. Aku tidak tahu mereka pura-pura lupa atau benar-benar melupakan hari yang sangat istimewa bagiku.

Setelah sarapan, aku langsung bergegas pergi ke sekolah. Aku berpamitan pada kedua orangtuaku, tapi entah kenapa aku merasa ada yang berbeda dari kedua orangtuaku, senyuman mereka sangat hangat bagiku, berbeda dari sebelumnya. Tentu hal ini semakin membuatku merasa bingung, sebenarnya apa yang direncankan oleh keluargaku,,?? Setelah aku pergi sekolah, tak lama kemudian orangtua dan kakakku Heri memulai rencana mereka, ternyata benar saja mereka tengah mempersiapkan kejutan untuk ulangtahunku. Entah apa yang mereka rencanakan, mereka terlihat sangat sibuk termasuk bi Numi.

 Kebetulan sekali pada hari itu aku pulang malam hari karena harus mengikuti les piano di sekolah. Ketika aku pulang ke rumah, keadaan rumah sangat sepi seperti rumah tak berpenghuni bahkan lampunya pun padam. Baru saja aku membuka pintu depan rumah, aku sudah dikejutkan dengan secercah cahaya, nampaknya seperti cahaya lilin. Namun, cahaya itu semakin menjauh mengarah pada ruang tamu. Aku terus mengikuti kemana cahaya itu pergi, benar saja cahaya itu membawaku ke ruang tamu, disana aku melihat ibu memakai gaun putih yang sangat indah. Namun, ibu tidak memperlihatkan wajahnya padaku. Baru saja aku ingin  memeluknya, tapi ibu justru pergi menjauh dariku, dan cahaya itu pun pergi menjauh bersama ibu. Aku terus mengikutinya sampai ruang makan, disana aku melihat ayah yang sedang duduk dan memalingkan wajahnya dariku. Perasaanku mulai berkecamuk, diantara takut dan penasaran, keringat pun mulai bercucuran dari dahiku. Tak lama kemudian ayah dan ibu pergi bersama dengan cahaya kecil itu, aku terus mengikutinya dan tiba-tiba cahaya itu raib begitu saja dihadapanku, aku sangat terkejut dan lantas menjerit ketakutan. Namun, dari arah belakang ada yang membekap mulutku. Ternyata dia adalah kakakku Heri, aku langsung memeluknya dengan erat. “Kamu lagi ngapain Tia,?” tanya kakak, aku hanya tertunduk diam dan seketika wajahku berubah pucat karena ketakutan. Kak Heri kemudian membawaku kembali ke ruang tamu, dan ternyata disana sudah ada bi Numi yang tengah merapikan ruang tamu.

Tak lama kemudian lampu dinyalakan kembali oleh kak Heri, karena dia sengaja mematikan lampu untuk memberi kejutan padaku. Aku sangat terkejut karena di ruang tamu penuh dengan hadiah yang bertulis namaku, ada juga kue bolu yang terlihat sangat lezat. Namun, aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri, karena sebelumnya aku tidak melihat apapun di ruang tamu. Aku hanya


melihat ibu yang memakai gaun putih. Tapi kak Heri dan bi Numi menceritakan semuanya padaku, aku pun sangat terkejut mendengar cerita dari mereka. Karena pada sore hari tadi orangtuaku ditugaskan untuk pergi keluar kota, dan dalam perjalan pulang pesawat yang ditumpangi orangtuaku mengalami kecelakaan, tidak ada penumpang yang dapat diselamatkan. Aku pun langsung merasa lemas mendengar cerita dari kak Heri dan bi Numi, aku hanya bisa menangis menyesali kepergian orangtuaku yang sangat mengejutkan. Ibu dan ayah menitipkan pesan kepada kak Heri dan bi Numi untuk tetap menjalankan rencana memberi kejutan padaku. Rencana itu memang sukses, tapi aku sangat menyesal, karena pagi itu adalah hari terakhir aku melihat senyuman dari orangtuaku. Aku tidak menceritakan pada kak Heri



dan bi Numi mengenai apa yang aku lihat di ruang tamu dan ruang makan, karena aku mengerti bahwa itu adalah kejutan terakhir dari orangtuaku. Terima kasih ibu, terima kasih ayah, ini kejutan yang sangat mengharukan bagiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Adbox